Sabtu, 06 Oktober 2012

ETIKA SEBAGAI TINJAUAN -- tugas wajib etika profesi minggu ke-1

            Dalam kehidupan sehari-hari etika adalah seseuatu yang sudah tidak asing lagi untuk didengar. Kata ini sering kali digunakan banyak orang untuk mencerminkan sikap seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan bermasyarakat kita diharuskan memiliki etika dalam berperilaku. Biasanya hal ini akan diajarkan sejak dini melalui keluarga atau melalui pendidikan formal seperti sekolah.

1.      Pengertian etika
Etika sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno ethikos yang berarti timbul dari kebiasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral, nilai-nilai dan norma-norma moralyang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Adapun pengertian etika lainnya antara lain sebagai berikut:
·         Prof. DR. Franz Magnis Suseno
Ilmu yang mencari orientasi atau ilmu yang memberi arah dan pijakan pada tindakan manusia
·         Drs. O.P. Simorangkir
Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
·         Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat
Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
·         Drs. H. Burhanudin Salam
Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
·         K. Bertenes
Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang dalam mengatur tingkah lakunya

Etika memiliki fungsi sebagai berikut, antara lain:
·         Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai moralitas yang membingungkan.
·         Etika ingin menampilkanketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis.
·         Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme

2.      Prinsip-Prinsip Etika
Ada enam prinsip yang merupakan landasan penting etika, yaitu
·         Prinsip Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja.
·         Prinsip Persamaan
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
·         Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan sebagainya. Manusia padahakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.
·         Prinsip Keadilan
Pengertian keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untukbertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain.
·         Prinsip Kebebasan
Kebebasan dapat diartikan sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap manusiamempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain. Oleh karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab sehingga manusia tidak melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang lain. Untuk itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:
o   Kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan.
o   Kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan pilihannya tersebut.
o   Kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

·         Prinsip Kebenaran
Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat. Tidak setiap kebenaran dapat diterima sebagai suatu kebenaran apabila belum dapat dibuktikan.

Etika profesi juga memiliki prinsip-prinsip umum yang harus ditaati oleh setiap individu, prinsip-prinsip tersebut antara lain yaitu:
a.      Prinsip Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah satu prinsip pokok bagi kaum profesional, tanggung jawab yang dimaksud adalah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaannya dan terhadap hasilnya. Orang yang profesional tidak hanya diharapkan melainkan juga dari dalam dirinya sendiri menuntut dirinya untuk bekerja sebaik mungkin dengan standar di atas rata-rata, dengan hasil yang maksimum dan terbaik. Selain itu, ia juga bertanggung jawab atas dampak profesinya yaitu terhadap kehidupan dan kepentingan orang lain khususnya kepentingan orang-orang yang dilayaninya. Pada tingkat dimana profesinya itu membawa kerugian tertentu secara disengaja atau tidak disengaja, ia harus bertanggung jawab atas hal tersebut.
b.      Prinsip Keadilan
Prinsip ini terutama menuntut orang yang profesional agar dalam menjalankan profesinya ia tidak merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu, khususnya orang-orang yang dilayaninya dalam rangka profesinya demikian pula. Prinsip ini menuntut agar dalam menjalankan profesinya orang yang profesional tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap siapapun termasuk orang yang mungkin tidak membayar jasa profesionalnya.
c.       Prinsip Otonomi
Prinsip ini merupakan prinsip yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia luar agar mereka diberi kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya tetapi tetap dibatasi oleh tanggung jawab.
d.      Prinsip Integritas Moral.
Prinsip ini merupakan tuntutan individu atas dirinya sendiri bahwa dalam menjalankan tugas profesinya ia tidak akan sampai merusak nama baiknya serta citra dan martabat profesinya. Maka, ia sendiri akan menuntut dirinya sendiri untuk bertanggung jawab atas profesinya serta tidak melecehkan nilai yang dijunjung tinggi dan diperjuangkan profesinya. Dengan kata lain, prinsip integritas moral menunjukan bahwa orang tersebut punya pendirian yang teguh, khususnya dalam memperjuangjan nilai yang dianut profesinya.

3.       Basis Teori Etika
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilainilai, dan norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan. Berikut ini beberapa teori etika:
a.      Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme. Pertama, egoisme psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (self servis). Menurut teori ini, tidak ada tindakan yang sesungguhnya bersifat  altruisme, yaitusuatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya. Kedua, egoisme etis, adalah tindakan yang  dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-interest).  Inti dari paham egoisme etis adalah apabila ada tindakan yang menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah alasan yang membuat tindakan itu benar. Yang membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa tindakan itu menguntungkan diri sendiri.

b.      Utilitarianisme
Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat (the greatest happiness of the greatest number). Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut  pandang kepentingan orang banyak.

c.       Deontologi
Paradigma teori deontologi berbeda dengan egoisme dan utilitarianisme, yang keduanya sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan memberikan manfaat entah untuk individu (egoisme) atau untuk banyak orang/kelompok masyarakat (utilitarianisme), maka tindakan itu dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan merugikan individu atau sebagian besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut dikatakan tidak etis. deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut.

d.      Teori Hak
Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan HAM. Menurut Bentens (200), teori hak merupakan suatu aspek dari deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Bila suatu tindakan merupakan hak bagi seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orang lain. Teori hak sebenarnya didasarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai martabat dan semua manusia mempunyai martabat yang sama.

e.       Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang tidak etis. Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang  agar bisa disebut sebagai manusia baik, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia tidak baik.

f.        Teori Etika Teonom
Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat kristen, yang mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik  bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah sebagaiman dituangkan dalam kitab suci.
4.      Egoisme
Istilah lain yang ada pada setiap diri manusia adalah egoism. Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri ditengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah “egois”
Pada dasarnya egoisme ada pada diri setiap individu sejak lahir. hanya saja kadarnya serta kemamouan untuk mengendalikan sifat itu yang berbeda-beda. Orang yang tidak bisa mengendalikan sifat egoisme pada diri mereka, seringkali dianggap sebagai orang yang "mau menang sendiri" . Teori Egoisme ini berprinsip bahwa setiap orang harus memiliki keakuan. Setiap berpuatan yang mendatangkan keuntungan adalah perbuatan baik, sedangkan perbuatan itu dianggap tidak baik apabila mendatangkan kerugian bagi dirinya sendiri.

Referensi :
·         kk.mercubuana.ac.id/files/349819865701.doc 31001-5-
·         http://prinsip-prinsipetikaprofesi.blogspot.com/
·         http://masyari91.wordpress.com/2011/10/31/prinsip-dan-basis-teori-etika-profesi-akuntansi/
·         http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Amanita%20Novi%20Yushita,%20S.E./TEORI%20ETIKA.pdf
·         http://id.wikipedia.org/wiki/Egoisme
·         http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2292935-pengertian-egois/
·         http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/etika-sebagai-tujuan-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar