Sabtu, 20 April 2013

tugas 4,5,6 akuntansi internasional

tugas 4 : PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN

1.      Menjelaskan bagaimana praktek pengungkapan akuntansi dipengaruhi oleh perbedaan tata-kelola keuangan perusahaan di suatu negara.
Perkembangan sistem pengungkapan sangat berkaitan dengan perkembangan sistem akuntansi. Standar dan praktik pengungkapan dipengaruhi oleh sumber-sumber keuangan, sistem hukum, ikatan politik dan ekonomi, tingkat pembangunan ekonomi, tingkat pendidikan, budaya, dan pengaruh lainnya.
Perbedaan nasional dalam pengungkapan umumnya didorong oleh perbedaan dalam tata kelola perusahaan dan keuangan. Di Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Anglo Amerika lainnya, pasar ekuitas menyediakan kebanyakan pendanaan yang dibutuhkan perusahaan sehingga menjadi sangat maju. Di pasar-pasar tersebut, kepemilikan cenderung tersebar luas di antara banyak pemegang saham dan perlindungan terhadap investor sangat ditekankan. Investor institusional memainkan peranan yang semakin penting di negara-negara ini, menuntut pengembalian keuangan dan nilai pemegang saham yang meningkat.

2.      Memahami persoalan-persoalan penting yang mempengaruhi keputusan manajemen untuk membuat pengungkpan keputusan.
George P. Huber membedakan pengambilan keputusan dari penentuan pilihan (choice making) dan dari pemecahan masalah (problem solving). Penentuan pilihan mengacu pada seperangkat kegiatan yang sempit yang terlibat dalam pemilihan suatu pilihan dari seperangkat pilihan alternatif. Jadi, penentuan pilihan merupakan satu sisi dari pengambilan keputusan. Pemecahan masalah mengacu pada masalah yang lebih luas yang terlibat dalam penemuan dan implementasi tindakan untuk memperbaiki situasi yang tidak memuaskan. Penemuan masalah (probleim finding) mengacu pada proses pengenalan masalah dan pengambilan keputusan untuk mencoba memecahkan masalah tersebut. Penemuan masalah sebagai dasar bagi keputusan manajerial yang efektif.
Dalam pembuatan keputusan para manajer harus berhati-hati dan memilih keputusan yang paling rasional dan paling sesuai dengan kebutuhan yang ada. Berbagai jenis keputusan adalah sebagai berikut:
·         Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Co:/ keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll.
·         Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
·         Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat penting didalam pengambilan keputusan tdk terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah contoh keputusan tdk terstruktur yg jarang terjadi.

3.      Mengidentifikasi tujuan pengungkapan akuntansi dalam pasar ekuitas.
Dalam ekonomi yang kompetitif, pengungkapan koorperasi merupakan sarana untuk menyalurkan akuntabilitas koorperasi kepada para penyedia modal (investor) dan untuk mepermudah alokasi sumberdaya untuk pemanfaatan yang paling produktif.
Suatu koorperasi perlu menarik modal dalam jumlah yang sangat besar untuk pembiayaan aktivitas produksi dan distribusi yang ekstensif. Oleh karena itu pembiyaan internal ini sangat bergantung pada modal eksternal yang diinvestasikan oleh para investor pada sebuah koorperasi, Sebagai timbal balik, seorang investor memerlukan pengungkapan (tansparansi koorperasi) dimana para investor tersebut dapat menilai kualitas saham yang mereka tanamkan.
Kaitan konseptual antara pengungkapan yang meingkat dan biaya modal perusahaan dari teori perilaku investasi dalam kondisi ketidakpastian, yaitu:
·         Dalam dunia ketidakpastian, para investor memandang pengembalian dari investasi sekuritas sebagai uang yang diterima sebagai konsekwensi kepemilikan.
·         Karena adanya ketidakpastian pengembalian ini dipandang dalam pengertian probabilistik.
·         Para investor menggunakan sejumlah ukuran berbeda untuk mengukur hasil yang diharapkan dari suatu sekuritas.
·         Para investor menyukai tingkat pengembalian yang tinggi untuk tingkat resiko tertentu atau sebaliknya.
·         Nilai sebuah sekuritas berhubungan positif dengan aliran hasil yang diharapkan dan berhubungan terbalik dengan resiko yang berkaitan dengan pengembalian tersebut.
·         Jadi, Pengungkapan perusahaan akan meningkatkan distribusi probabilitas dari hasil yang diharapkan oleh investor dengan mengurangi ketidakpastian yang berhubungan dengan pengembalian tersebut. Sehingga akan meningkatkan performance (kinerja perusahaan) di mata para investor sehingga memikat para investor untuk menginvestasikan yang lebih besar pada sekuritas yang sama sehingga dapat mengurangi biaya modal.

4.      Memahami perbedaan mendasar praktek pengungkapan keuangan perusahaan dalam berbagai aspek.
Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh penilaian (judgment) manajer. Tingkat pengungkapan yang makin mendekati pengungkapan penuh (full disclosure) akan mengurangi asimetri informasi yang merupakan kondisi yang dibutuhkan (necessary condition) untuk dilakukannya manajemen laba (Trueman and Titman, 1998). Karenanya tingkat pengungkapan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Perusahaan dengan tingkat pengungkapan minimal cenderung melakukan manajemen laba dan sebaliknya (Lobo and Zhou, 2001) dalam Yanivi (2003).
Dalam Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 1 tentang penyajian laporan keuangan, paragraph 70 mengatakan:
“Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.”
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
a.       Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan ditetapkan terhadap peristiwa dan transaksi penting.
b.      Informasi yang disajikan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
c.       Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
Semakin lengkap informsi yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (full disclosure) maka pembaca laporan keuangan akan semakin mengerti kinerja keuangan perusahaan.
Kualitas Pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan dikenal dengan berbagai konsep. Antara lain kecukupan (adequacy) (Buzby, 1975), kelengkapan (comprehensiveness) (Barret, 1976), Informatif (informativeness) (Alford et al., 1993), dan tepat waktu (time lines) (Courtis, 1976; Whittred, 1980). Imhoff (1992) menunjuk pada tingkat kelengkapan sebagai karakteristik kualitas pengungkapan, sementara Singhvi dan Desai (1971) menunjuk pada kelengkapan (completeness), akurasi (Accuracy), dan keandalan (reliability) sebagai karakteristik kualitas pengungkapan. Indikator empiris kualitas ungkapan tersebut berupa indeks pengungkapan (disclosure index) yang merupakan rasio (ratio) antara jumlah elemen (item) informasi yang dipenuhi dengan jumlah elemen yang mungkin dipenuhi. Makin tinggi angka indeks pengungkapan, maka makin tinggi kualitas pengungkapan.

Referensi:
http://edithmarhaeni.blogspot.com/2011/03/pelaporan-dan-pengungkapan-akuntansi.html
http://febrianirika.blogspot.com/2011/04/masalah-keputusan-manajemen-dari.html
http://nelo-neloli.blogspot.com/2011/04/masalah-keputusan-manajemen-dan.html
http://whindajuli.blogspot.com/2011/04/tujuan-pengungkapan-akuntansi-dalam.html
http://andamifardela.wordpress.com/2011/04/10/aspek-pembeda-praktek-pengungkapan-keuangan-perusahaan/

tugas 5 : TRANSLASI MATA UANG ASING


1.      Membedakan translasi dan konversi antar mata uang asing.
Translasi mata uang asing adalah Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Sedangkan konversi antar mata uang asing adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain secara fisik.
Perbedaannya adalah, Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah necara yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi. Sedangkan konversi, memungkinkan adanya pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi terkait yang terjadi.

2.      Memahami istilah-istilah dalam translasi mata uang asing.
·         Konversi, merupakan pertukaran suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
·         Kurs kini, merupakan nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporang keuangan yang relevan.
·         Posisi aktiva bersih yang beresiko, merupakan kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan di translasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
·         Kontrak pertukaran forward,merupakan suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
·         Mata uang fungsional, merupakan mata uang utama yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang Negara dimana perusahaan itu berlokasi.
·         Kurs histories, merupakan kurs nilai mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
·         Mata uang pelaporan, merupakan mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
·         Kurs spot, merupakan nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
·         Penyesuaian translasi, merupakan penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.

     Selain itu terdapat daftar istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi dari PSAK (SFAS) no.52, 1981yaitu antara lain :
Atribut, Konversi, Kurs kini, Diskonto, Posisi aktiva bersih yang beresiko, Mata uang asing, Laporan keuangan dalam mata uang asing, Transaksi mata uang asing, Translasi mata uang asing, Operasi luar negri, Kontak pertukaran forward, Mata uang fungsional, Kurs histories, Mata uang local, Pos-pos moneter, Mata uang pelaporan, Tanggal penyelesaian, Kurs spot, Tanggal transaksi, Penyesuaian translasi, Unit pengukuran.

3.      Mengetahui perbedaan keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing.
     Jika sudut pandang mata uang local yang digunakan ( sudut pandang perusahaan local), masuknya penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak perlu dilakukan. Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba akan mendistorsikan hubungan keuangan yang asli dan dapat menyesatkan para pengguna informasi tersebut. Keuntungan atau kerugian translasi harus diperlakukan dari sudut pandang mata uang local sebagai penyesuaian terhadap ekuitas pemilik.
     Jika mata uang pelaporan induk perusahaan merupakan unit pengukuran laporan keuangan yang ditranslasikan ( sudut pandang induk perusahaan ), sangat disarankan untuk mengakui keuntungan atau kerugian translasi laba sesegera mungkin. Sudut pandang induk perusahaan melihat anak perusahaan luar negeri sebagai perluasan dari induk perusahaannya. Keuntungan dan kerugian translasi mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi asing dalam mata uang domestic dan harus diakui.

4.      Menghitung keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing.
     Secara internasional, perlakuan akuntansi terhadap penyesuaian tersebut sama banyaknya dengan prosedur translasi mata uang asing.Pendekatan akuntansi untuk penyesuaian translasi mta uang asing mulai dari penangguhan hingga tidak ada penangguan dengan pendekatan hybrid pada keduanya
a.       Penangguhan
Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestic dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang local yang dihasilkan dari entitas asing. Penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
b.      Penangguhan dan Amortisasi
Penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang akan ditangguha=kandan diamortisasi selama umur aktiva tetap terkait, yaitu dibebankan terhadap laba dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian terhadap beban bunga.
c.       Penangguhan sebagian
Keuntungan dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan, hal ini semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya perubahan kurs.
d.       Tidak ada penangguhan
Mengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Namun, memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar.

     Keuntungan dan kerugian translasi ini mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi dalam mata uang domestic dan harus diakui.

5.      Pengaruh penggunaan berbagai metode translasi mata uang asing terhadap laporan keuangan.
Pengaruh penggunaan kurs nilai tukar histories dibandingkan dengan kurs nilai tukar kini terhadap laporan keuangan ketika digunakan sebagai koofisien translasi mata uang asing. Kurs nilai tukar histories umumnya mempertahankan biaya awal ekuivalen dengan suatu pos dalam mata uang asing dalam laporan berdenominasi mata uang domestic.
·         Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan mereka sendiri.
·         Multiple Rate Methods
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses translasi

Menurut Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah dengan mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung.

6.      Melakukan evaluasi dan memilih metode translasi mata uang asing terbaik sesuai kondisi usaha dan pasar uang
·         Metode Current/Non current
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun.
·         Metode Monetary/non monetary
Asset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
·         Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Metode ini merupakan modifikasi dari metode moneter/non moneter. Dalam metode temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs histories, namun bisa saja dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih menekankan pada evalusai biaya (histories ataukah pasar).
·         Metode Current rate
Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos neraca dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat ini. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua asset dan kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.

7.      Memahami hubungan antara translasi mata uang asing dengan inflasi.
Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.
Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.

Referensi :
http://andamifardela.wordpress.com/2011/05/11/translasi-mata-uang-asing/
http://pojokinfo.wordpress.com/2008/03/03/translasi-valuta-asing/
http://andamifardela.wordpress.com/2011/05/11/translasi-mata-uang-asing/

tugas 6 : PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA


1.      Memahami mengapa laporan keuangan memiliki potensi untuk menyesatkan selama periode perubahan harga.
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba dinilai lebih tinggi. Ketidakakuratan pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis, (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja, dan (3) data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan:
·         Kenaikan dalam proporsi pajak.
·         Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham.
·         Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja.
·         Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (pengenaan pajak lebih besar).

2.      Mengetahui istilah-istilah akuntansi inflasi dan memahami pengaruh penyesuaian harga terhadap laporan keuangan.
·         Atribut.
Karakteristik kuantitatif suatu pos  yang diukur untuk keperluan akutansi. Contoh: biaya histories atau biaya penggantian merupaka atribut suatu aktiva
·         Penyesuaian biaya kini.
Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan  dalam harga tertentu
·         Kekayaan yang dapat dihapuskan.
Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih
·         Mekanisme Penyesuaian.
Manfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang
·         Ekuivalen Daya Beli Umum.
Jumlah mata uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga umum
·         Keuntungan kepemilikan suatu investasi.
Kenaikan nilai biaya kini  suatu aktiva nonmoneter
·         Hiperinflasi.
Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saat tingkat harga umum dalam suatu perekonomian meningkat sebesar lebih dari 25%  pertahun
·         Inflasi.
Kenaikan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian
·         Aktiva moneter.
Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau piutang usaha
·         Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi
·         Kewajiban moneter.
Suatu kewajiban untuk membayar jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga yang tetap
·         Kerugian Moneter.
Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kativa moneter selama periode inflasi
·         Penyesuian Modal Kerja Moneter.
Pengaruh perubahan harga khusus  terhadap seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh sutu usaha dalam menjalankan operasinya
·         Jumlah Nominal.
Jumlah  mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga
·         Aktiva Nonmoneter.
Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan
·         Kewajiban Nonmoneter.
Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas yang tetap dimasa depan, seperti uang muka pelanggan
·         Penyesuian Paritas.
Suatu penyesuian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan Negara tuan rumah
·         Aktiva permanent.
Istilah di Brasil untuk aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan, dan depresiasi terkait   serta jumlah deplesi atau amortisasi
·         Indeks Harga.
Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang representatif dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar
·         Daya Beli.
Kemampuan umum dari suatu unit moneter untuk memeperoleh barang dan jasa
·         Laba Riil.
Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga
·         Biaya penggantian.
Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha
·         Mata uang pelaporan.
Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangan
·         Metode nyatakan kembali-translasikan.
Digunakan pada saat suatu induk  perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang berlokasi disebuah lingkungan berinflasi
·         Perubahan Harga Khusus.
Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan atau peralatan
·         Metode translasikan-nyatakan kembali.
Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan mentranlasikan akun-akun laporan keuangan anak perusahaan luar negeri kedalam mata uang induk perusahaan dan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditanslasikan terhadap inflasi induk perusahaan

3.    Menentukan perbedaan model akuntansi biaya terkini dan konvensional
Secara umum, dalam akuntansi konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis yang mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan historis secara ekonomis tidaklah relevan. Pada periode ini pendapatan umumnya dinilai lebih tinggi sedangkan aktiva tetap dinilai lebih rendah. Sebenarnya, terdapat beberapa metode akuntansi mengenai pengaruh perubahan harga, antara lain akuntansi harga tetap, akuntansi nilai sekarang, dan akuntansi tingkat harga umum. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan restatement komponen-komponen laporan keuangan ke dalam rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi berdasarkan nilai historis.Pada prakteknya, kontroversi yang menyangkut relevansi penggunaan akuntansi tingkat harga umum masih berlanjut hingga saat ini. Beberapa argumentasi yang mendukung maupun menolak penerapan akuntansi tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel ini. Demikian juga hasil dari dua penelitian mengenai pengaruh penerapan akuntansi tingkat harga umum terhadap laporan keuangan akan diperbandingkan guna melihat apakah penyesuaian berdasarkan akuntansi tingkat harga umum memang diperlukan.

4.      Menjelaskan perbedaan akuntansi inflasi di AS, Inggris, dan Brasil.
Di AS, keuntungan dan kerugian dari item-item moneter ditentukan dengan me restate, ke dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir dari, atau transaksi dalam, semua aset-aset dan kewajiban moneter (termasuk hutang jangka panjang). Hasilnya dimaksudkan untuk menyediakan basis yang berguna untuk menilai kinerja perusahaan dalam mempertahankan daya beli umum dari para investor (FAS No 89, paragraf 65-66). Keuntungan atau kerugian tersebut tidak dimasukkan dalam laba tetapi diungkapkan dalam item terpisah yang berdiri sendiri. Perlakuan ini menyiratkan bahwa FASB memandang keuntungan dan kerugian dalam iem-item moneter berbeda sifatnya dengan laba-laba lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian atas item-item moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan geraing adjustment. Kedua jumlah tersebut berkaitan dengan perubahan tingkat harga berikut diberikan (SSAP NO. 16 paragraf 11-13)/ ketika penjualan dilakukan secara kredit, perusahaan sebebnarnya mengikat modal kerja (dalam arti, perusahaan membiayai perubahan-perubahan keuangan dalam replacement cost dari persediaannya) sampai piutang yang terkait ditagih. Sebaliknya, ketika persediaan dan perlengkapan lain dibeli secara kredit, perubahan-perubahan harga spesifik yang berkaitan dengan item-item ini pada dasarnya dibiayai oleh pemasok selama periode kredit. Sehingga modal kerja dari pembeli bebas untuk digunakan bagi keperluan lain. Karena fenomena-fenomena ini sama dan dipandang sebagai perluasan dari penyesuian penjualan biaya berjalan untuk menghasilkan laba operasi yang telah disesuaikan.
Di Brazil, tidak menyesuaikan aktiva lancar dan kewajiban lancar secara eksplisit karena jumlah-jumlah ini diekspresikan dalam nilai berjalan. Penyesuaian yang timbul dari menghitung nilai bersih aset-aset permanen dan modal yang telah disesuaikan dengan tingkat harga mewakili keuntungan atau kerugian daya beli umum dalam membiayai modal kerja dengan hutang atau modal. Penyesuaian aset permanen yang melebihi penyesuaian modal mencerminkan porsi aset permanen yang dibiayai dengan hutang, sehingga menghasilkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian modal yang lebih besar daripada penyesuaian aset permanen menunjukkan porsi modal kerja yang dibiayai oleh modal. Bagi porsi modal ini diakui adanya kerugian daya beli selama periode inflasi. 

5.      Memahami pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 63: Pelaporan Keuangan dalam EkonomiHiperinflasi terdiri dari paragraf 1 – 40. Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengaturyang sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama.
PSAK 63 harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan memberikan dasar memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang eksplisit. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.

6.      Mengetahui apakah dolar konstan atau biaya kini lebih baik untuk mengukur pengaruh inflasi.
isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu, yaitu :
1.      Apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih mengukur pengaruh inflasi.
2.      Perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi.
3.      Akuntansi inflasi luar negeri.
4.      Menghindari fenomena kejatuhan ganda.

7.      Definisi penurunan ganda (double dip) dan menjelaskan cara penangannya.
Pada saat me-restate perkiraan-perkiraan luar negeri untuk memperhitungkan inflasi luar negeri, kehati-hatian harus dijaga untuk mencegah fenomena “double-dip”. Masalah ini timbul dari fakta bahwa inflasi lokal memberi dampak langsung pada kurs yang digunakan dalam proses translasi. Walaupun ahli ekonomi umumnya mengasumsikan suatu hubungan terbalik antara laju inflasi internal suatu negara dengan nilai eksternal valutanya., bukti-bukti memperlihatkan bahwa hubungan seperti ini jarang terjadi, paling tidak dalam jangka pendek. Oleh karenanya, besarnya penyesuaian yang dilakukan untuk menghilangkan fenomena perhitungan-ganda akan bervariasi tergantung pada kadar korelasi negatif antara kurs dengan perbedan inflasi.

Referensi :
http://ninisug.blogspot.com/2011/05/nama-niswatun-amaro-npm-20207788-kelas.html
http://putr1wul4nd4r1.blogspot.com/2013_04_01_archive.html
http://achie-achieblog.blogspot.com/2011/04/perbedaan-model-biaya-akuntansi-terkini.html
http://tiararachmanputriduano.blogspot.com/2011/05/perbedaan-akuntansi-inflasi-di-as.html